"Ciptakan suasana menyenangkan ketika
anak2 belajar agar otak dan emosi anak terbuka, bergairah dan kreatif.
Dari sanalah lalu daya serap akan melebar"
Anak2 memiliki dunianya sendiri. Anak2 juga tidak bisa dipaksakan untuk
berperilaku layaknya orang tua. Ali bin Abi Thalib pernah menyebutkan
bahwa pendidikan yang harus kita berikan kepada anak2 kita, tidak bisa
disamakan dengan bagaimana ketika kita memperoleh pendidikan dari orang
tua kita. Karena kita waktu dulu adalah untuk generasi saat ini,
sedangkan anak kita saat ini adalah untuk generasi yang akan datang.
Ketika di ruang kelas si anak sedang asyik memerhatikan di dinding dan
lampu2, si guru langsung menghardik dan memerintahkan si anak untuk
segera memerhatikan sang guru. Aneh, guru ingin diperhatikan si anak.
Seharusnya, si gurulah yang memerhatikan anak. Kenapa tidak kita
tanyakan, “Anakku, kamu sedang meliat apa, sayang?” Mungkin saja si anak
akan menjawab, :Bu Guru, saya melihat dinding itu seperti warna amplop
yang diterima oleh Ayah kemarin.” Kemudian Guru tersebut akan mendekat
dan menyentuh lembut, “Oh ya putih, indah, kan? Memang amplop putih milk
Ayah ananda itu dari mana?:” Setelah cukup lama si anak terdiam, lalu
ia menjawab perlahan,”Amplop warna putih itu datang dari kantor Ayah.
Kata Mama, Ayah tidak boleh lagi bekerja disana,’ lalu sang anak pun
menangis.
Kita tidak mengetahui bila sesungguhnya si anak sedang menyusun anolog
sendiri, yang ia rangkai peristiwa2 keseharian di rumahnya. Hal ini
mungkin salah satu contoh dimana si anak sedang menemukan peristiwa
hanya karena melihat warna. Dari jenis peristiwa ini, tentu kita
memiliki banyak kesempatan untuk meraba – dan sekali lagi – jangan
sampai terlalu cepat mengambil kesimpulan. Siapa yang bisa menebak,
kalau ternyata si anak sedang membayangkan dirinya sebagai tokoh
pahlawan impiannya atau sedang mengamati sesuatu dan seterusnya.
Dekati, sentuh dan bisikan apa yang sedang diimajinasikan anak kita. Lalu, jadilah pendengar yang baik.
Dekati, sentuh dan bisikan apa yang sedang diimajinasikan anak kita. Lalu, jadilah pendengar yang baik.
(by Komaruddin Hidayat)
No comments:
Post a Comment